Thursday, October 30, 2008

Selamat Ulang Tahun Sekar


Ada dua tanggal istimewa di bulan Oktober yang selalu saya lingkari dalam hati. Yaitu 14 Oktober yang merupakan hari pernikahan. Dan 26 Oktober yang menjadi tanggal lahir Sekar, anak saya yang kedua. Dan hari Minggu kemarin adalah tepat hari jadinya yang kedua.

Sebuah kue berdiameter 28 x 28 cm dan bertinggi 8 cm kami persembahkan kepada si mungil ini. Dan tentu saja hasil karya sendiri. Kue dengan flavor lemon yang lembut dan moist, dengan lapisan whipped cream dan selai stroberi didalamnya. Dari awal saya berpikir untuk membuat kue yang tidak terlalu ramai, dengan pilihan merah jambu dan putih. Bentuknya kotak dengan hiasan motif anyaman keranjang putih dari butter cream ditiga sisinya, dan tulisan nama Sekar dan tanggal lahirnya di sisi depan. Diatasnya bertengger putri cantik, Princess Aurora yang anggun berwarna merah jambu, berdiri diatas laksana bentuk hati bertahtakan spuit bintang, merah jambu pula. Ceritanya sang Putri ini sedang di taman, dengan bunga mawar disekelilingnya. Sebagai pelengkap ada sebuah ledokan kolam kecil tempat dua angsa elok berenang di atas air kebiruan. Aha cantik bukan ?

Sekar bagi kami adalah permata ratna mutu manikam. Penyejuk hati. Sumber yang tak pernah habis dalam membuat kami tertawa geli. Mata sipit. Pipi tembem. Rambutnya kemerahan. Kulitnya terang. Perutnya gembul sebagai akibat tidak rewelnya dia dalam urusan makan.

Kegemarannya adalah berlari. Ya berlari dengan bertelanjang kaki. Dengan sesekali melompat. Hap hap hap. Motorik kasarnya sudah terasah dengan baik sejak ia dapat berjalan di usia satu tahun lebih beberapa bulan. Maka jadilah betisnya berjaya. Kencang dan kenyal. Membuat saya tergoda untuk selalu menggigitnya. He he he.

Yang saya kagumi adalah kemampuan komunikasi interpersonalnya. Jadilah ia dengan mudah bergaul dengan siapa saja. Mulai dari teman sebaya hingga anak-anak yang lebih besar. Jangan heran jika bangun pagi, kegiatannya adalah berkeliling sekitar rumah dan berakhir dengan nenangga di rumah depan. Asyik bercerita.

Beda dengan emak bapaknya yang selalu demam panggung. Maka Sekar adalah banci tampil. Puncaknya di acara panggung 17 Agustus-an tingkat RW. Ia menjadi personil paling kecil pentas membawakan lagu I Love You Full. Lengkap dengan dot susu yang diemutnya. Penampilan extra ordinarynya itu tentu saja menjadi gerr seluruh warga yang menonton.

Benar kata orang bahwa anak adalah copy cat orang tuanya. Kalau saya berdandan, maka ia akan beringsut-ingsut mendekati saya. Tangan montoknya akan menengadah, meminta ditetesin pelembab. Secara perlahan ia akan mengolesi kedua pipinya. Tangannya menengadah lagi. Kali ini minta body lotion. Dengan khidmat ia memborehkan sekujur tangan dan kakinya.

Tapi jangan dikira dia akan menjadi anak manis dan penurut sepanjang masa. Ada saatnya dia bad mood. TIDAK MAAAUUU ! (dengan huruf A dan U yang panjang) akan dia senandungkan. Atau dilain kesempatan dia akan menjadi super duper extra galak manakala terintimidasi oleh kakaknya, Bagas. Ia bisa sukses menendang dan menduduki kakaknya.

Ya itulah Sekar. Sekali lagi selamat ulang tahun Sayang. Sun sayang dari semua yang mengasihimu.

Wednesday, October 15, 2008

7th Anniversary

Kemarin, 14 Oktober 2008 tepat tujuh tahun usia pernikahan kami. Tidak ada ritual istimewa dalam menyambutnya. Hanya sebuah ucapan selamat dari suami melalui YM. Ya, tinggal berjauhan (untuk sementara), membuat kami tergantung sepenuhnya pada perangkat internet. Terimakasih kepada Mr. YM dan Mr. Skype yang membuat kami masih tetap nyambung.

“Selamat ya Sun udah masuk termin ke-2,” kata seorang teman. “Biasanya setiap lima tahunan pasti beda. Coba rasain deh,” petuah teman saya ini lagi.


Oya, kata saya sambil manggut-manggut. Saya tidak paham dengan siklus perlima tahunan ala teman saya ini. Yang pasti I just felt so blessed for having seven years of marriage, though there’s always ups and downs. Saya bersyukur kepada Yang Maha Di Atas bahwa sampai hari ini kami masih diijinkan bersama dan merawat tali pernikahan yang terbuhul selama rentang tujuh tahun ini.

Tapi ada satu hal yang membuat saya sedih. Kemarin saya mendapati sebuah berita duka. Seorang tetangga baik harus kehilangan ikatan pernikahannya. Si Mbak yang merupakan tetangga baik ini, diusia diatas 40-an baru menemukan jodohnya. Namun tidak dinyana perjodohannya hanya berlangsung setahun. Suaminya meninggal dalam sebuah kecelakaan motor. Sedihnya, sang suami meninggal dalam tugas suci. Beliau membawa darah untuk sang istri yang saat itu sedang dirawat di rumah sakit akibat kekurangan darah karena keguguran. Ah.....sedih dan nelongso.

Ada juga seorang teman baik, yang tali pernikahannya juga sedang diambang retas. Kali ini bukan maut. Melainkan perceraian. Pengadilan Agama sudah tergelar dua kali. Dan masih kurang tiga kali lagi. Sebelum akhirnya putus..tus. Pernikahan teman baik saya ini hanya berselang dua bulan dari pernikahan saya. Namun siapa yang menyangka akan berakhir seperti ini.

Buat Tetangga baik saya dan Teman baik saya, mudah-mudahan kalian tetap dalam kesabaran. Pengalaman hidup kalian mengajarkan kepada saya untuk tidak take it for granted akan sebuah makna pernikahan. Dan harus berlatih banyak bersyukur lagi.

Happy Eid Mubarak 1429 H

Mumpung masih bulan Syawal, ijinkan saya untuk mengucapkan maaf lahir batin. Semoga di hari ini dan sesudahnya, kita tetap diberi kekuatan untuk beramal shaleh dan menjalin tali silaturahim.

Salam Takzim

Wednesday, September 24, 2008

8 Bintang untuk Laskar Pelangi The Movie


Siapapun penyuka Novel Laskar Pelangi pasti tidak sabar menantikan filmnya. Termasuk saya yang sudah jauh-jauh hari berkasak kusuk mencari undangan Gala Premierenya, yang diadakan 23 September di FX Atrium Jakarta. Maklum nonton versi gala premierenya tentunya lebih mantaff mbooii (demikian istilah Mahar). Karena semua awak yang berkecimpung dalam film itu hadir. Tak terkecuali sang empunya novel, Andrea Hirata. Namun sayang, begitu undangan di tangan, saya harus merelakan diri untuk tidak hadir. Karena pusing kepala yang datang tanpa kompromi. Ditambah acara yang berlangsung malam sekali, jadi saya malas kalau harus sampai rumah dini hari.

Rejeki memang tidak kemana. Besoknya, saya mendapat lagi undangan nonton film LP. Kali ini judulnya Special Premiere for Special Friends, 24 September di Blitz Megaplex Grand Indonesia jam 18.30. Begitu selesai buka di kantor, kami (saya, teman2 kantor dan seorang teman kuliah) langsung kabur ke grand Indonesia sebelum jalanan macet.

Apakah filmnya sudah memenuhi harapan pembaca novelnya ?

Film dibuka dengan adegan Ikal dewasa yang terantuk-antuk dalam bis tua dalam perjalanan menuju desa Gantong, Belitong. Kemudian frame pun beralih ke Ikal kecil yang siap untuk masuk sekolah di hari pertama. Dan munculah wajah 10 Laskar Pelangi yang pemerannya merupakan putra daerah Belitong asli. Narasi yang dibacakan Ikal dewasa pun bergulir. Miris dan sarkastis. Menggambarkan ironisnya kehidupan sosial ekonomi rakyat melayu di kawasan nan kaya timah tersebut.

Angkat jempol untuk Miles yang detail dalam settingnya. Sekolah reyot SDN Muhamadiyah dihadirkan dalam bangunan lapuk dimakan usia. Hingga foto-foto tua yang terpampang dalam ruang kepala sekolah. Demikian juga keindahan panorama Belitong, dengan Pantai Lengkuas dan batu-batu granit yang menjulang.

Kekaguman tentu saja diarahkan pada 10 Laskar Pelangi. Terutama yang menonjol adalah pemeran Lintang, Mahar, dan Kucai. Ikal, walaupun sebagai tokoh sentral, aktingnya kurang merebut hati. Meski bisa dikatakan aktingnya lumayan bagus.

Salut untuk Ikranegara yang jelas sekali menguasai perannya sebagai Pak Harfan. Adegan saat membacakan kisah-kisah Rasul benar-benar sesuai harapan saya.

Namun sayang, Cut Mini sebagai Bu Mus, masih belum tampil maksimal. Ada beberapa adegan yang diharapkan bisa menyedot emosi penonton, masih terasa datar.

Yang menjadi ganjalan saya adalah kehadiran Tora Sudiro yang sudah over exposed untuk ditampilkan sebagai kepada SDN Timah. Tapi mungkin atas nama industri, kehadiran Tora diharapkan menjadi salah satu pendongkrak film ini. Pilihan pada Rieke Diah Pitaloka, Jajang C Noer, Mathias Muchus juga mengesankan tidak ada alternatif pemeran lain. Yang jelas terasa ‘mengganggu’ bagi saya adalah akting Rieke dan Jajang yang menurut pendapat saya lebih baik dihilangkan. Tidak membumi ! Macam bermain teater saja.

Harus diakui bahwa pasti tidak gampang untuk mengangkat novel LP yang tebal itu dalam film berdurasi 2 jam. Di Film LP, Salman Aristo dan Riri Riza mampu meringkasnya tanpa kehilangan esensi dari novel. Dan memunculkannya dalam dialog-dialog yang cerdas. Khusus untuk Salman Aristo, menurut saya ini pencapaian tertingginya dalam urusan penulisan script. Yang memaksakan adalah cerita tentang Ikal yang jatuh cinta dengan Aling, anak tukang kelontong. Dalam novel, episode ini mustinya ada saat Ikal SMP alias saat masa puber. Namun dalam film, dijejalkan dalam frame saat Ikal masih SD. Jadi kesannya kurang patut bagi seorang anak SD yang sudah mengalami ‘cinta-cintaan’. Apalagi digambarkan secara detail dalam gerak slow motion. Walaupun diakui saat adegan itu termasuk kocak dan cerdas. Dimana Mahar menyanyikan lagu Seroja, diiringi kawan-kawan yang lain. Aih… melayu dan mendayu.

Ada masa-masa saat saya merasa kelelahan dan dilanda sedikit kebosanan pada pertengahan jalan film. Dimana alur terasa lambat dengan dialog yang tidak terlalu penting. Untunglah pada seperampat akhir film, emosi kembali naik, hingga mencapai klimaksnya.

Adapun untuk soundtracknya, Nidji dengan apik menyuguhkan lagu Laskar Pelangi. Salut untuk Nidji dengan musik yang sederhana, tanpa hiruk pikuk elemen elektronik, yang menjadi ciri khasnya, mampu meramu lagu yang cepat dicerna kuping dan hati.

Malangnya justru pada ilustrasi musik yang dihasilkan Aksan Syuman dan Titi Syuman. Meski pilihan scoringnya tepat tapi kurang ‘membingkai secara utuh’. Dibeberapa adegan yang membutuhkan ilustrasi, justru kering kerontang.

Overall, film Laskar Pelangi ini sangat layak dan patut untuk ditonton. Tidak mengecewakan para pembaca fanatik novelnya. Menurut saya, bolehlah score 8 bintang !

Tuesday, September 23, 2008

Sale Sale Sale

Teman di kantor mengumumkan adanya sale gede-gedean. Serta merta kami yang sensitif dengan kata sale menyambut dengan suka cita. Maka meluncurlah kami belima, empat ibu ‘brisik’ dan satu pria yang ‘brisiknya’ melebihi para ibu-ibu tersebut dengan sebuah taxi ke kawasan Sudirman. Begitu masuk ke lobby gedung tempat berlangsungnya sale, kami sudah disambut dengan bejibunnya orang yang siap naik ke lantai 26.

Setelah menunggu sesaat, kami pun masuk ke bilik lift yang langsung dijubeli orang-orang. Begitu keluar, alamak, hampir kami tidak bisa keluar lift karena tertahan oleh orang-orang yang berdiri didepan lorong lift. Ada apakah gerangan ? Rupanya di lantai 26 itu orang-orang sudah berduyun-duyun antri untuk masuk ke ruangan sale. Satu teman yang sedang hamil memutuskan untuk tidak ikut masuk karena takut berdesak-desakan. Ya sudah. Akhirnya tinggal kami berempat berjibaku berdiri dalam antrian. Merambat sedikit demi sedkit. 15 menit berlalu, akhirnya giliran kamilah masuk.

Lebih alamak lagi, rupanya suasana didalam tidak kalah heboh. Puluhan orang bersemangat mengaduk aduk kotak tas, sepatu, ikat pinggang. Baju-baju aneka model yang tergantung. Belum deretan jam tangan beragam bentuk yang berjejer dalam kotak kaca. Saya langsung mengarahkan pandangan ke bagian pakaian anak-anak. Celana panjang, ya saya mencari celana dan kaos untuk Bagas dan Sekar. Aduk punya aduk, rupanya saya tidak mendapatkan apa yang saya cari. Ukuran yang besarlah. Harga yang masih dalam bilangan ratusan ribu deh (meski judul diskonnya up to 70% sale).

Peluh sudah menggerumbul di dahi. Kepala sudah berat sebelah alias migraine. Saya sudah tidak tahan, dan yang lainnya pun ternyata sama. Akhirnya kami menyerah. Kami memutuskan keluar. Seorang teman yang bermaksud membeli satu buah tas, terpaksa mengurungkan niatnya setelah melihat antrian di kasir yang ajubilee. Jadi dengan tangan hampa kami pulang.

Meski sedikit kuciwa, ada perasaan lega. Karena terhindar dari aksi impulsive untuk berbelanja. Kalau tidak terjaga, uang THR bisa menguap entah kemana. Padahal masih banyak pengeluaran yang menuntut segera untuk ditunaikan. Kiriman buat orang tuan, gaji tahunan, bonus dan ongkos mudik si mbak, zakat mal, dan banyaaaak lagi.

Friday, September 19, 2008

Satu Kata Untuk Saya

Seorang teman mengirimkan YM kepada saya isinya adalah sebagai berikut:

"Teman...gambarkan aku dengan 1 kata. hanya 1 kata. Kirim jawabannya padaku lalu kirim pesan ini ke teman2mu dan lihat jawaban aneh dan mengagumkan tentangmu. Bales ya, karena ini sangat seru"

Hmm saya menulis apa ya terhadap si teman ini. Saya pun langsung tuliskan, calm. Ya pembawaannya memang kalem, itulah gambaran umum tentangnya.

Wah saya jadi tergelitik untuk meneruskan pesan itu ke teman-teman di YM, Sreet, dalam sekejap instant message pun terkirimkan. Wah jawaban apa ya yang bakal saya terima. Dag dig dug jadinya. Dan dalam hitungan detik, jawabannya pun langsung berdatang. Mau tahu jawabannya apa ?

Jawa
Majalah
Manis
Baik
Brave
Simple
Kreatif
Optimistic
Keukeh
Lembut

Ada tiga jawaban untuk kata Jawa. Saya pun merespon salah satu pengirim kenapa dia mengirimkan kata jawa. Dari cara ngomongnya jelas berlogat jawa, katanya. Hmm, keberadaan saya sebagai orang Jawa totok memang tidak bisa dibasuh-basuh meski sudah belasan tahun bergulat di kota Jakarte ini.

Yang menarik, teman yang menjawab majalah. Kenapa ? Karena ruanganmu penuh dengan tumpukan majalah. Saya pun terkekeh. Namanya juga Media Director. Sebuah jabatan yang saya tasbihkan buat saya sendiri, biar kelihatan keren.

Keukeh ??? Jawaban ini saya terima dari bos saya. Mungkin saya persistent kalau sudah ada maunya kali ya.

Dari semua instant message yang saya kirimkan, ternyata saya belum terima jawaban dari suami. Setelah didesak, dia beralasan bahwa tidak bisa menulis hanya satu kata saja. Setelah didonder, akhirnya dia pun menyerah.

Mau tahu jawabannya ?

“Nggemesin!”

Halah….


Anyway, terimakasih buat teman-teman yang sudah berpartisipasi dalam kuis tidak penting ini. Tapi sangat membantu menghilangkan kantuk di siang Ramadhan.

Thursday, June 19, 2008

HELP: Anakku Tantrum !

Menulis blog ini setelah beberapa saat tadi menghadapi tantrum si Bagas.
Teriring doa "Ya Allah, mudah-mudahan lapangkanlah dan panjangkanlah kesabaran kami dalam menjaga titipan-Mu."

Dan berikut ini artikel bagus seputar tantrum sebagai panduan jika anak-anak mulai 'bertingkah...'

Dikutip dari sini
Jangan Salah Merespons Jika Anak Temper Tantrum
Ditulis oleh Bidang PPA Fahima
Wednesday, 25 July 2007
ORANG tua yang memiliki putra-putri usia balita, mungkin pernah mengalami mendapat reaksi yang tidak diduga dari putra/putri Anda ketika keinginannya tidak dipenuhi, seperti saat ia minta dibelikan mainan tetapi Anda menolaknya, tiba-tiba ia langsung menangis keras-keras sambil melemparkan barang-barang yang ada di sekitarnya. Anda tentu merasa kesal dan marah. Namun semakin Anda memarahinya, tangis si anak semakin menjadi-jadi dan Anda pun semakin bingung menghadapi sikapnya.

Sikap anak dengan emosi yang meledak-ledak dan tidak terkontrol seperti tersebut di atas, dikenal dengan istilah "temper tantrum". Temper tantrum (untuk selanjutnya disebut Tantrum) umumnya terjadi pada anak usia 2 sampai 5 tahun. Tantrum terjadi disebabkan karena anak belum mampu mengontrol emosinya, juga belum mampu mengungkapkan amarahnya secara tepat. Tantrum dapat termanifestasi dalam berbagai perilaku, seperti menangis keras-keras, berteriak-teriak, melempar-lemparkan barang, membentur-benturkan kepala, membanting pintu, dan sebagainya.
Tantrum biasanya terjadi pada anak-anak yang dianggap "sulit", yaitu anak-anak dengan ciri-ciri sebagai berikut :
- Mudah terprovokasi serta mudah marah-marah
- Memiliki kebiasaan tidur, makan, buang air besar tidak teratur
- Lambat beradaptasi terhadap perubahan
- Sulit menyukai situasi, makanan dan orang-orang baru
- Sulit dialihkan perhatiannya
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya tantrum, di antaranya :
1. Tidak tercapainya keinginan anak untuk mendapatkan sesuatu.
Anak-anak usia balita, umumnya memiliki keterbatasan berbahasa. Pada saat ia ingin mengungkapkan sesuatu dengan "bahasanya", orang tua tidak mengerti. Kondisi ini memicu anak menjadi frustasi dan terungkap dalam bentuk tantrum. Atau, pada saat anak minta sesuatu dan orang tua menolaknya, maka mungkin saja anak memakai cara tantrum untuk mendapatkan keinginannya.
2. Anak merasa lelah, lapar atau sakit.
3. Anak merasa terkekang dan stres.
Anak-anak yang aktif, membutuhkan ruang yang cukup untuk selalu bergerak dan tidak bisa diam dalam waktu lama. Kalau suatu saat anak tersebut harus menempuh perjalanan panjang dengan mobil misalnya (dan berarti untuk waktu yang lama ia tidak dapat bergerak bebas), dia akan merasa stres. Salah satu kemungkinan cara pelepasan stresnya adalah dengan cara tantrum.
4. Pola asuh orang tua.
Pola asuh orang tua terhadap anaknya, juga berperan sebagai penyebab timbulnya tantrum. Anak yang terlalu dimanjakan dan selalu mendapatkan apa yang diinginkannya, bisa tantrum ketika suatu kali permintaannya ditolak. Selain itu orang tua yang mengasuh anaknya secara tidak konsisten, juga bisa menyebabkan anak tantrum. Misalnya orang tua yang tidak punya pola yang jelas kapan ingin menghukum atau selalu mengancam pada anak. Akan menghukum , tetapi tidak pernah menghukum. Akhirnya anak menjadi bingung dan menjadi tantrum ketika orang tuanya benar-benar menghukum.
Untuk mencegah terjadinya tantrum orang tua sebaiknya mengenali kebiasaan-kebiasaan anak, dan mengetahui secara pasti pada kondisi-kondisi seperti apa akan muncul tantrum pada anak.
Selain mengenali kebiasaan-kebiasaan anak, untuk mencegah terjadinya tantrum, orang tua pun perlu introspeksi terhadap cara/pola mengasuh anak. Apakah orang tua bertindak terlalu melindungi (over protective) dan terlalu melarang terhadap sekian banyak kegiatan anak? Atau apakah anak terlalu dimanjakan? dll. Jika orang tua sudah bisa melakukan introspeksi tentang cara mengasuh anak, maka kondisi tantrum bisa dicegah. Konsistensi dan kesamaan persepsi dalam mengasuh anak, juga sangat berperan. Jika ada ketidaksepakatan, orang tua sebaiknya jangan berdebat dan berargumentasi satu sama lain di depan anak, agar tidak menimbulkan kebingungan dan rasa tidak aman pada anak. Orang tua hendaknya menjaga agar anak selalu melihat bahwa orang tuanya selalu rukun dan sepakat.
Sebagian ahli perkembangan anak menilai tantrum merupakan perilaku yang masih tergolong normal dan merupakan bagian dari proses perkembangan fisik, kognitif, serta emosi anak. Episode tantrum pun pasti berakhir.
Kendati demikian ada beberapa hal positif yang bisa dilihat dari perilaku tantrum. Di antaranya anak bisa mengekspresikan individualitasnya, independensinya, dan berusaha mengeluarkan cara marah dan frustasi untuk membuat orang dewasa mengerti kalau mereka bingung, lelah atau sakit. Walaupun dalam tantrum ada nilai positifnya, namun bukan berarti perilaku tantrum berkuasa (dengan selalu mengabulkan keinginan anak pada saat ia tantrum) atau orang tua menyikapi tantrum anak denga hukuman-hukuman yang keras dan paksaan-paksaan. Karena dengan memarahi atau mengasarinya, orang tua malah menyemangati dan memberi contoh pada anak untuk bertindak kasar dan agresif. Jika keliru menyikapi tantrum, berarti orang tua telah kehilangan satu kesempatan baik untuk mengajarkan anak tentang bagaimana caranya bereaksi terhadap emosi normal (seperti rasa marah, takut, jengkel, dll) secara wajar dan tepat, sehingga tidak menyakiti diri sendiri dan orang lain ketika sedang merasakan emosi tersebut.
Jika kita sudah berusaha mencegah agar tidak terjadi tantrum, namun ternyata tantrum tetap terjadi dan tidak bisa dihindari, maka tindakan yang sebaiknya dilakukan orang tua adalah :

a. Tetap tenang dan menjaga emosi.
Jika tantrum terjadi, berusahalah untuk tetap tenang dan menjaga emosi, jangan sampai berteriak-teriak marah kepada anak apalagi memukul anak, karena hukuman fisik justru bisa menjadi "permainan menarik" bagi anak dan tidak mampu mendisiplinkan anak. Memukul tidak ada gunanya sama sekali, kecuali hanya memuaskan emosi Anda.

b. Pastikan segalanya aman.
Jika tantrum terjadi (baik di rumah maupun di luar rumah), pindahkan anak ke tempat yang aman untuk melampiaskan emosinya, dan jauhkan anak dari benda-benda yang membahayakan dirinya atau justru jika si anak yang membahayakan keberadaan benda-benda tersebut. Atau jika selama tantrum anak berusaha menyakiti teman atau orang tuanya sendiri, jauhkan anak dari teman-temannya tersebut dan jauhkan diri Anda dari si anak.

c. Tidak mengacuhkan tantrum anak.
Selama tantrum berlangsung, sebaiknya tidak membujuk-bujuk, tidak berargumen, tidak memberikan nasihat-nasihat moral agar anak menghentikan tantrumnya, karena anak tidak akan menanggapi/mendengarkan. Usaha menghentikan tantrum seperti itu malah biasanya akan semakin meningkatkan intensitas tantrum si anak. Cara yang terbaik adalah membiarkannya. Tantrum justru lebih cepat berakhir jika orang tua tidak berusaha menghentikannya dengan bujuk rayu atau paksaan-paksaan.
Jika perilaku tantrum dari menit ke menit bertambah buruk dan tidak selesai-selesai peluklah anak dengan rasa cinta. Namun, jika rasanya tidak bisa memeluk anak dengan rasa cinta karena Anda sendiri merasa kesal, minimal Anda duduk atau berdiri berada dekat dengannya. Yang penting adalah memastikan bahwa anak merasa aman dan tahu bahwa orang tuanya ada dan tidak menolaknya.
Saat tantrum anak sudah berhenti, seberapapun parahnya ledakan emosi yang telah terjadi tersebut, janganlah diikuti dengan hukuman, nasihat-nasihat, teguran, maupun sindiran. Jika tantrum terjadi karena anak menginginkan sesuatu, tetap jangan diberikan keinginannya. Hal ini akan menunjukkan kepada anak bahwa orang tuanya tidak dapat dimanipulasi. Tetap berikanlah rasa cinta dan rasa aman kepada anak.
Bila orang tua ingin mengajarkan sesuatu atau memberikan nasihat jangan dilakukan setelah tantrum berakhir, tapi lakukanlah ketika keadaan sedang terang dan nyaman. Saat orang tua dan anak sedang bergembira, agar anak pun dapat dengan senang mendengarkan nasihat-nasihat orang tuanya***
Sumber: Pikiran Rakyat Cyber Media

Saturday, May 24, 2008

Gotta love what you do !

Kamasutra Jakarta, 21 Mei 2008

Pria didepanku masih mondar mandir seperti setrikaan. Dua handphonenya silih berganti berdering. Sembari mulutnya menyerocos membahas tentang sebuah kontrak iklan, matanya tetap lekat menatap kerumunan orang-orang yang duduk didepannya. Ya kerumunan para kru infotainment yang sedang wawancara grup band yang menjadi anak didiknya. Sesekali tangannya memberi arahan kepada asistennya. Sibuk dan kelihatan bener ribetnya. Itulah profesi yang disandangnya selaku manager yang membawahi belasan artis, mulai dari artis sinetron, model, penyanyi, presenter.

Sementara aku menatapnya nyaris tanpa kedip. Yah menatapnya dengan pandangan takjub.

"Om J, elo ga ribet ngurusin semua tetek bengek ini,?"

tanyaku saat dia sudah menuntaskan pekerjaannya dan nyantai merebahkan dirinya di sofa.

"Enggak lah bo ! Asal lo ngelakuinnya dengan cinta, pasti deh segalanya jadinya enteng. Kalau dibayangin emang keliatannya ribet, tapi kalau pakai ini (sambil nunjuk dadanya), segalanya enteng…teng. Kita ngelakuin kegiatan ini dengan hepi, dengan passion, udah senang dapat duit pula."

Belum sempat mulut ini terbuka untuk menimpali, mulutnya langsung nyerocos lagi.

“Asal lo tahu ya, kalau lo kerja dengan keterpaksaan, sama aja kaya ngelacur bo ! (mak…istilahnya). Bener, percaya deh sama gue. Tapi kalau dengan cinta, kalaupun capek, tinggal dibawa tidur, ilang deh, tapi hati kan tetap hepi.”

Obrolan selanjutnya adalah tentang bagaimana ‘cihuuinya’ dia merintis bisnisnya di bidang artist management dengan segala pernak perniknya.

Angkat jempol buat om yang satu ini. Melakukan pekerjaan dengan cinta….itulah kalimatnya yang akan kuingat terus. Pencerahan yang datang tiba-tiba ini merasuk ke dalam hati dan ademnya masih terasa hingga kini.


Kangen...

Hmmm, sudah beberapa bulan ya tidak mengunjungi rumah ini. Jadi kangen nih. Janjinya pas buat rumah ini, bakal rajin disambangi, bakal rajin nulis. Kenyataannya....emang susah ya untuk jadi konsisten itu.