Thursday, July 29, 2010

Sebuah Perjalanan



Sudah dua minggu saya berada di negeri orang. Sebuah keputusan bulat dalam rangka mengecap pengalaman hidup yang berbeda. Perubahan, meskipun sudah dipersiapkan selama berbulan-bulan, toh memberikan sensasi yang sedikit menakutkan di awal. Urusan dokumen dan segala macam printilannya menjadi terasa lebih enteng dibandingkan dengan urusan mental. Meski saya mencoba membesarkan hati, toh kegalauan tetap tidak bisa tertutupi. Ini pun menular pada anak-anak (Bagas 7 tahun dan Sekar 3,5 tahun). Meski dongeng indah tentang negeri impian yang mempunyai salju seputih kapas menjadi santapan menjelang tidur, tetap saja hati bergejolak manakala kaki melangkah keluar dari seluruh zona kenyamanan yang selama ini dikecap.

Bandara Soekarno Hatta, 10 Juli 2010 jam 7.20 panggilan kepada semua penumpang Garuda jurusan Dubai – Amsterdam sudah dikumandangkan. Sebagian besar penumpang sudah masuk ke Gate 6, sementara saya masih sibuk menenangkan anak pertama saya yang mogok ogah berangkat. Pikiran tentu saja kalut. Sudah tidak ada waktu. Apapun yang terjadi semua harus berangkat. Dengan rayuan sedikit memaksa saya bergegas membawa Bagas Sekar masuk. Langkah yang tidak ringan, karena tangan kanan menyeret tas koper, ransel laptop dipundak, tas kecil diselempangkan dibahu, dan 2 tas ransel milik Bagas dan Sekar.


Gurauan yang saya lemparkan sedikit menenangkan, meski terkadang airmata Bagas masih bercucuran. Saya ingat ketika mau mengambil gumpalan tissue di jaketnya, dia menolak. Dengan berbisik pelan dia bilang, tissue itu untuk mengelap airmatanya nanti. Hadeuh, jawaban polosnya membuat saya memalingkan muka, agar airmata saya yang jatuh tidak nampak, Setelah sampai di Dubai, barulah Bagas sedikit lebih tenang. Alhamdulillah.


Berbeda dengan kakaknya, si adik bersemangat. Ini adalah pengalaman pertama Sekar naik pesawat, dan dia asyik berceloteh, bermain-main di sepanjang lorong, hingga jendela tetangga sebelah, dengan bocah laki-laki bule yang duduk dibelakang kami. Sesekali dia berteriak menanyakan film Tom & Jerry yang ternyata tidak disediakan oleh si maskapai. Atau karena belasan jam duduk, nonton video, makan, tidur, maka kebosanan pun melanda. Dan teriaklah dia, “ Mana Belandanya, kapan sampainya…” . Dia juga bersemangat menenteng trolley tasnya sendiri di tangan kanan, sementara di kirinya membawa “Een Schaap met een rode das," buku cerita bahasa belanda pemberian tetangga. Sesekali kadang rewel hanya untuk urusan sepele seperti lepasnya tali jaket.





Akhirnya, setelah kurang lebih 16 jam perjalanan, sampailah kami di negeri Van Oranje. Dengan rekor membawa tentengan lebih kurang 90 kg dan dua krucil, mendaratlah dengan selamat. Lolos dari random check imigrasi. Melenggang keluar schipol yang sudah bernuansa oranye jelang final piala dunia. Di atas kereta menuju Bergen Op Zoom, kota tempat kami tinggal, saya melepaskan ketegangan urat syaraf. Leyeh-leyeh sesaat, Anak-anak sudah asyik berceloteh dengan bapaknya. We gaan naar thuis, ja ons nieuwe huis



Alhamdulillah…………

No comments: